Minggu, 20 September 2015

SEKILAS SEJARAH SYEIKH MAULANA ISHAQ (SUNAN GIRI MENJADI RAJA GERSIK (sang Gersik)  

oleh@hanjawane99/balenrejo/bojonegoro-jatim                                       
     syeikh maulana ISHAQ (sunan giri) documentasi @hanjawane99 

*GERSIK* 

 

Setiap tanggal 9 Maret kota (kabupaten) Gresik memperingati hari jadinya. Penetapan hari jadi kota Gresik ini atas pertimbangan kajian sejarah masa silam, yaitu didasarkan pada peristiwa penting yang terjadi pada tanggal 9 Maret 1487 atau bertepatan tanggal 12 Robiul Awal 897 H. Pada saat itu, Sunan Giri dinobatkan sebagai raja Giri Kedaton dengan gelar Prabu Satmata.
Penobatan Sunan Giri sebagai raja tersebut bisa diartikan sebagai tonggak sejarah lahirnya dinasti pemerintahan baru di Kerajaan Giri Kedaton. Perlu diketahui sebelum Kerajaan Giri Kedaton berdiri Gresik merupakan bagian wilayah “hegemoni” Kerajaan Majaphit. Bukti tentang itu bisa dilihat dari Prasasti Karang Bogem berangka tahun 1387 yang isinya antara lain menetapkan seorang penguasa lokal bernama Patih Tambak yang tugasnya mengurusi pajak hasil tambak yang harus disetor ke Majapahit. Lokasi Karang Bogem sendiri diperkirakan berada di Tanjung Widoro Mengare, Bungah (berada di muara Bengawan Solo).
Semenjak Sunan Giri membangun imperium pemerintahan kerajaan di Giri Kedaton praktis hubungan Gresik dengan Majapahit mengalami gangguan. Majapahit menempatkan Giri Kedaton sebagai rival dan Sunan Giri sebagai musuh bebuyutan. Berbagai percobaan pembunuhan terhadap Sunan Giri sering dilakukan namun selalu gagal. Pada masa pemerintahan Sunan Giri, Kerajaan Giri Kedaton terus berkembang pesat. Ibu kota kerajaan dibangun istana lengkap dengan taman sarinya, masjid, tempat pengajaran agama, dan asrama untuk santri. Khusus untuk aktivitas dakwah dalam rangka syiar agama Islam ini, Dr. H. J. de Graaf menuliskan dalam bukunya “Geschiedenis Van Indonesie”, sebagai berikut: “……..Murid-murid berdatangan dari segala penjuru, bahkan Maluku, beberapa daerah di sebelah timur Gresik telah menyatakan bahwa dari Giri lah tersebarnya Islam seperti : Madura, Lombok, Makasar, Hittoe dan Ternate……”. Hal ini menunjukkan bahwa Giri tidak hanya sebagai pusat pemerintahan tetapi juga sebagai pusat syiar ajaran Islam yang menyebar hingga ke seluruh pelosok nusantara.
Bersamaan runtuhnya Majapahit maka Kerajaan Giri Kedaton semakin menunjukkan kebesarannya. Sunan Giri dengan Giri Kedatonnya begitu kesohor dan oleh karenanya sering dijadikan pusat rujukan kerajaan-kerajaan Islam lain. Bahkan istana Giri Kedaton juga pernah dijadikan sebagai tempat pelantikan beberapa pembesar kerajaan lain.
Sebagaimana sebuah “imperium kekuasaan” Kerajaan Giri Kedaton pun beralih dari satu dinasti ke dinasti yang lain. Berdasakan sumber Babad Gresik, urutan pemimpin Giri Kedaton adalah:
1. Sunan Giri (1487-1506)
2. Sunan Dalem (1506-1545)
3. Sunan Sedomargi (1545-1548)
4. Sunan Prapen (1548-1625)
Ada perbedaan angka tahun periodesasi pemerintahan di Giri Kedaton berdasarkan Babad Gresik dengan yang disusun J.A.B. Wisselius (dalam Historisch Onderzoek, Naar de Geestelijke en Wereldlijke: Suprematie van Grisse op Midden en Oost Java). Menurutnya periodesasi pemerintahan di Giri Kedaton adalah sebagai berikut:
1. Sunan Giri (1487-1511)
2. Sunan Dalem (1511-1551)
3. Sunan Sedomargi (1551-1553)
4. Sunan Prapen (1553-1587)
5. Sunan Kawis Guwo (1587-1601)
6. Panembahan Kawis Guwo (1601-1614)
7. Panembahan Agung (1614-1638)
8. Panembahan Mas Witana (1638-1660)
9. Pangeran Puspa Ita (1660-1680)
10. Pangeran Wirayadi ( -1703)
11. Pangeran Singonegoro ( -1725)
12. Pangeran Singosari ( -1743)
Mereka adalah rangkaian imperium yang telah berjasa membangun tonggak pemerintahan kerajaan di Giri Kedaton. Segala kebesaran yang pernah diraih dinasti-dinasti tersebut pantaslah kita kenang. Pada saat Pangeran Puspa Ita berkuasa di Giri Kedaton, wilayah Gresik sendiri sebenarnya telah mengalami era baru pemerintahan yaitu ketika berubah menjadi Kabupaten Gresik (1660-1744) disebut Kanoman dan Kabupaten Sidayu (1675-1910) disebut Kasepuhan. Jadi diduga ketika para pangeran masih berkuasa, Giri Kedaton sudah tidak memiliki pengaruh secara politis dan digantikan peranannya dengan pemerintahan kabupaten (Gresik dan Sidayu).
Menurut Serat Centhini, Raja (Brawijaya) Majapahit menganggap Giri Kedaton sebagai saingan beratnya. Oleh karena itu, raja Majapahit ini melakukan dua kali penaklukan terhadap Kewalian Giri. Pertama pada masa Kanjeng Sunan Giri I dan kedua pada masa Kanjeng Sunan Giri Prapen. Kewalian Giri dianggap telah menjadi kekuatan tandingan yang hendak menyaingi wibawa dan kekuasaan istana Majapahit. Serangan pertama ini gagal total karena kuatnya pertahanan Giri Kedaton. Atas keberhasilan mempertahankan salah satu pusat syiar Islam di Jawa, maka Sunan Kalijaga mengusulkan untuk memberikan gelar Prabu Satmata.
Di kalangan Wali Sanga, Sunan Giri juga dikenal sebagai ahli politik dan ketatanegaraan. Ia pernah menyusun peraturan ketataprajaan dan pedoman tata cara di keraton. Pandangan politiknyapun dijadikan rujukan. Ketika Raden Fatah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri dipercaya untuk meletakkan dasar-dasar kerajaan masa perintisan atau ahlal-halli wa al-’aqd di Bintoro.
Menurut Graaf, sebagaimana dikutip oleh Ricklefs (1974) lahirnya berbagai kerajaan Islam, seperti Demak, Pajang, dan Mataram, tidak lepas dari peranan Sunan Giri. Pengaruhnya melintas sampai ke luar Jawa, seperti Makassar, Hitu, dan Ternate. Konon, seorang raja barulah sah kerajaannya kalau sudah direstui Sunan Giri. Pengaruh Sunan Giri tercatat dalam naskah sejarah Through Account of Ambon, serta berita orang Portugis dan Belanda di Kepulauan Maluku. Dalam naskah tersebut, kedudukan Sunan Giri disamakan dengan Paus bagi umat Katolik Roma, atau Khalifah bagi umat Islam. Dalam Babad Demak pun, peran Sunan Giri tercatat sebagai tokoh penting dalan penyebaran ajaran Islam di Jawa.
Perjuangan dan pemerintahan Sunan Giri ini semakin kokoh karena dalam menjalankan pemerintahannya menggunakan jalur agama, ekonomi, politik, budaya dan pendidikan. Diriwayatkan dalam Babad Gresik, pada malam Jum’at, 24 Rabi’ul Awwal 913 H (1428 Saka atau 1506) Sunan Giri wafat pada usia 63 tahun. Giri Kedaton bertahan hingga 200 tahun. Salah seorang penerusnya, Pangeran Singosari, dikenal sebagai tokoh paling gigih menentang kolusi VOC dan Amangkurat II pada abad XVIII.


**matursuwun dulur sampun mampir                                               bumijowo.blogspot.com***
*paringono klambi marang wong kang wudho*                             


Tidak ada komentar:

Posting Komentar