Senin, 21 September 2015

MELURUSKAN sejarah : Raden Patah (Demak) tidak pernah menyerang Prabu Brawijaya V (Majapahit).

Raden Patah bukan anak 'durhaka',
yang tega membunuh Prabu Brawijaya V - ayah kandungnya sendiri.
___________________________________________________

oleh@hanjawane99 //balenrejo/bojonegoro-jatim
                                                                        

    Peristiwa meletusnya gunung Merapi yang sangat dahsyat memang membuat kita semua berduka, tapi semua itu adalah kenyataan yang harus dihadapi dengan arif dan sabar.
Oleh sebagian orang peristiwa ini dikaitkan dengan peristiwa besar yang pernah terjadi di bumi Nusantara, yaitu runtuhnya Kerajaan Majapahit kurang lebih 500 tahun yang lalu.
Salah satunya adalah 'statement' dari salah seorang 'paranormal' kondang yang disampaikan pada saat diwawancarai oleh salah satu media TV, statement itu saya kira kurang tepat dan kurang bijak karena cenderung menggiring opini masyarakat umum kearah negatif dan jelas-jelas telah mencoreng martabat seseorang (meski beliau telah meninggal) serta berpotensi merusak sendi-sendi kerohanian bangsa ini.

Statement itu pada prinsipnya mengatakan bahwa:
Peristiwa meletusnya gunung Merapi dan diikuti bergolaknya gunung-gunung berapi lainnya yang saat ini terjadi telah sesuai dengan ramalan Joyoboyo yang mengatakan akan terjadi peristiwa-peristiwa besar di Nusantara (Indonesia) setelah 500 tahun runtuhnya Raja Majapahit - Prabu Brawijaya V (ayahanda Raden Patah).
Kecewa karena dikhianati anaknya sendiri, sebelum Prabu Brawijaya V 'gugur' karena serangan Kesultanan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah, beliau 'bersabda' bahwa 500 tahun lagi ( Th 1478 + 500 = Th 1978 atau tahun 2000 an) akan kembali lagi, kembalinya ( Prabu Brawijaya atau Majapahit ) akan diikuti dengan 'peristiwa-peristiwa besar'.
Menurut 'paranormal' tersebut, saat-saat sekarang inilah 'peristiwa kembalinya tersebut' terjadi, dan salah satu tandanya adalah meletusnya gunung merapi dan diikuti bergolaknya gunung-gunung berapi lainnya.

Untuk itu saya mencoba untuk menyampaikan beberapa hal yang terkait statement tersebut diatas dengan harapan teman-teman memperoleh informasi yang seimbang dan insyaAllah benar :

1/. Raden Patah (Demak) tidak pernah menyerang Prabu Brawijaya V (Majapahit).
Raden Patah (dan Kesultanan Demak) tidak pernah menyerang Prabu Brawujaya V (Raja Majapahit - yang ayahandanya), apalagi 'membunuh'nya.
Yang menyerang Prabu Brawijaya V ( Bhre Kertabumi ) adalah Kerajaan Kediri (Daha) pada tahun 1478 M, dalam penyerangan tersebut Prabu Brawijaya V 'gugur'.
Dengan gugurnya Prabu Brawijaya V, maka selesai sudah era kerajaan Majapahit yang sebenarnya, meski kerajaan Majapahit setelah itu tetap ada dengan diangkatnya Girindawardhana sebagai raja selanjutnya, tapi hanya sekedar menjadi 'boneka' kerajaan Kediri (Daha).
Setelah Majapahit (yang asli) sudah tidak ada dan yang tersisa hanya Majapahit yang 'boneka'nya Kediri (Daha), pada saat itulah Raden Patah (Kerajaan Demak) menyerang 'Majapahit'.
Jadi dapat dikatakan, pada saat itu Raden Patah menyerang musuh ayahanda-nya, menyerang yang 'membunuh' ayahanda-nya, menyerang Majapahit 'tiruan'.
Jadi, Raden Patah yang 'anak didik'-nya Sunan Ampel tidak pernah men-durhaka-i ayahandanya apalagi mem-'bunuh'-nya.

Beberapa Tambahan yang menarik untuk disimak & direnungi :

>a. Prabu Brawijaya V dimata umum menganut Hindu-Budha tapi anaknya (Raden Patah) sejak lahir sudah Islam.
>b. Permaisuri Prabu Brawijaya V adalah seorang muslimah dari negeri Campa dan masih kerabat Sunan Ampel.
>c. Dukungan Prabu Brawijaya V sangatlah penting bagi keberhasilan misi Sunan Ampel dalam menyebarkan agama Islam di Jawa (khususnya di wiliayah Majapahit), salah satunya adalah diberikannya 'Tanah Kamardikan' di Ampel untuk pusat pengembangan Islam di Jawa.
>d. Salah satu istri Sunan Ampel adalah kerabat kerajaan Majapahit.
>e. Oleh Prabu Brawijaya V, Sunan Ampel diangkat menjadi salah satu 'penasehat' beliau.Dan keduanya merupakan sahabat-sejati, sahabat lahir-batin, sahabat dunia-akhirat.
Sunan Ampel wafat tidak lama setelah 'gugur'nya Prabu Brawijaya V, yaitu Th 1481 M, setelah Raden patah telah mampu mandiri.
>f. Oleh Sunan Ampel (dan sudah tentu seijin Prabu Brawijaya V) Raden Patah memang telah dipersiapkan untuk menjadi Raja Islam I di Jawa, hal ini terasa keluar dari 'pakem' sehingga perlu direnungkan bahkan dipertanyakan.
Pertanyaan yang seharusnya timbul adalah: Kenapa?, Kenapa seorang Raja Majapahit, suatu kerajaan yang dikenal oleh umum sebagai kerajaan Hindu-Budha, bersama sahabatnya mendirikan kesultanan (kerajaan) Islam untuk anaknya, dan ternyata setelah kesultanan (kerajaan) Islam itu berdiri, beberapa tahun kemudian Majapahit runtuh.

Dari beberapa tambahan tersebut diatas dapat dipetik pelajaran dan hikmah-nya, sehingga kita dapat lebih obyektif dalam menyikapi sejarah perjalanan bangsa ini, khususnya perjalanan kerohaniannya:

> Terjadi hubungan yang harmonis antara Sunan Ampel dengan Prabu Brawijaya V, antara 'pendiri' Wali Songo dengan Raja terakhir kerajaan Majapahit, hubungan yang hormonis antara Islam dengan kerohanian Majapahit.
> Raden Patah (kesultanan Demak) sebenarnya telah 'di-setting' sebagai penerus kebesaran Majapahit, sebagai generasi pembaharu, sebagai kerajaan Islam yang mampu mengekspresikan Keluhuran budi sehingga diharapkan mampu membawa Nusantara pada kejayaan lahir & batin.

2/. Kembali setelah 500 tahun.

Memang ada pernyataan ‘resmi’ dari atas, dari para sesepuh ‘kerajaan Majapahit yang sebenarnya’ terkait ‘gugur’nya Prabu Brawijaya V yang berarti runtuhnya kerajaan Majapahit yang ada dimuka bumi.
Tapi pernyataan ‘resmi’ tersebut tidak didasari oleh kemarahan atau bernada ancaman dlsbnya, tapi merupakan ekspresi dari keprihatinan yang mendalam terhadap keadaan yang carut-marut dengan ditandai runtuhnya kerajaan Majapahit, runtuhnya nilai-nilai kerohanian Nusantara, runtuhnya nilai-nilai keluhuran yang merupakan karakter Nusantara.
Pernyataan ‘resmi’ tersebut pada prinsipnya mengatakan bahwa ajaran (dan bimbingan) Adiluhung (beriman & berbudi luhur) yang terkenal dengan 'Sabdo palon noyo genggong' nya itu dihentikan untuk sementara dan akan dibuka kembali 500 tahun kemudian (yaitu Th 2000 an).
Perlu diketahui, Adiluhung (pada saat itu) adalah suatu ajaran (dan bimbingan) kerohanian yang ditemukan dan dirintis oleh para sesepuh kerajaan Majapahit dan merupakan ajaran (dan bimbingan) yang dilandasi: Iman, Luhur & Patuh kpd Sang Pencipta, dan telah mampu menghantarkan beliau-beliau sampai kehadiratNya.
Ajaran ini pulalah yang menjadi pondasi kebesaran kerajaan Majapahit lahir dan batin.
Dengan dihentikannya ajaran (dan bimbingan) Adiluhung, maka banyak yang kehilangan arah, hal ini terutama dapat dirasakan oleh para pencari ‘Sirathal Mustaqim’.
                                                         
***matursuwun dulur sampun mampir                                          bumijowo.blogspot.com***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar